Rabu, 12 Januari 2011

Kekuatan tanpa kekerasan

R
Dr. Arun Ghandi adalah cucu Mahatma Ghandi dan pendiri Lembaga M.K Ghandi untuk tanpa kekerasan. Pada tanggal 9 juni ia memberikan ceramah di Universitas Puerto Rico dan bercerita bagaimana memberikan contoh tanpa kekerasan yang dapat diterapkan di sebuah keluarga.
Waktu itu saya masih berusia 16 tahun dan tinggal bersama dengan orang tua di sebuah lembaga yang didirikan oleh kakek saya, ditengah-tengah kebun tebu, 18 mil di luar kota Durban, Afrika Selatan. Kami tinggal jauh di pedalaman dan tidak memiliki tetangga. Tak heran bila saya dan dua saudara saya sangat senang bila ada kesempatan pergi ke kota untuk mengunjungi teman atau menonton bioskop.
Suatu hari, ayah meminta saya untuk mengantarkan beliau ke kota untuk menghadiri konferensi sehari penuh. Dan, saya sangat gemnira dengan kesempatan itu. Tahu bbahwa saya akan pergi ke kota, ibu memberikan daftar belanjaan yang ia perlukan. Selain itu, ayah juga meminta saya untuk mengerjakan beberapa pekerjaan yang lama tertunda, seperti memperbaiki mobil di bengkel.
Pgi itu, setiba di tempat konferensi ayah berkata, “ayah tunggu kau dsini jam 5 sore. Lalu kita akan pulang kerumah bersama-sama.” Segera saja saya menyelesikan pekerjaan yang diberikan oleh ayah saya. Kemudian saya pergi ke bioskop. Wah, saya benar-benar terpikat dengan dua permainan John Wayne sehingga lupa akan waktu. Begitu melihat jam menunjukkan pukul 05.30, langsng saya berlari menuju bengkel mobi;  dan terburu-buru menjemput ayah yang sudah menunggu saya. Saat itu sudah pukul 06.00. dengan gelisah ayah menanyai saya. “kenapa kau terlambat?”
Saya sangat malu untuk mengakui bahwa saya menonton film John Wayne sehingga saya menjawab, “Tadi, mobilnya belum siap sehingga saya harus menunggu.”
Padahal, ternyata tanpa sepengetahuan saya, ayah menelepon bengkel mobil itu. Dan kini ayah tahu kalau saya berbohong.
Lalu ayah berkata, “Ada yang salah dalam membesarkan kau sehingga kau tidak memiliki keberanian untuk menceritakan kkebenaran kepada ayah. Untuk menghukum kesalahan ayah ini, ayah akan pulang kerumah dengan berjalan kaki sepanjang 18 mil dan memikirkannya baik-baik.”
Lalu ayah dengan tetap mengenakan pakaian dan sepatunya, ayah mulai berjalan kaki pulang kerumah. Padahal hari sudah gelap. Sedangkan jalanan sama sekali tidak rata. Saya tidak bisa meninggalkan ayah, maka selama lima setengah jam, saya mengendarai mobil pelan-pelan d belakang beliau, melihat penderitaan yang dialami oleh ayah karena kebohongan yang bodoh yang saya lakukan.

Sejak saat itu saja saya tidak pernah akan berbohong lagi. Serngkali saya berfikir mengenai episode ini dan merasa heran. Seandainya ayah menghukum saya sebagaimana kita menghukum anak-anak kita, maka apakah saya akan mendapatkan sebuah pelejaran mengenai tanpa kekerasan? Saya kira tidak...!!
Saya akan menderita atas hukuman itu dan melakukan hal yang sama lagi. Tetapi, hanya dengan tindakan tanpa kekerasan yang sangat luar biasa, sehingga saya merasa kejadaian itu baru saja terjadi kemarin. Itulah KEKUATAN TANPA KEKERASAN.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar